• Latest
  • Trending
Batik Tanah Liek, Batik Kuno Minangkabau yang “Bangun” dari Mati Suri

Batik Tanah Liek, Batik Kuno Minangkabau yang “Bangun” dari Mati Suri

October 4, 2017
GP Ansor Undang Menlu AS Mike Pompeo Diskusi Soal Keberagaman

GP Ansor Undang Menlu AS Mike Pompeo Diskusi Soal Keberagaman

October 24, 2020
Blokir Berita Putra Biden, Bos Facebook dan Twitter Segera Bersaksi

Blokir Berita Putra Biden, Bos Facebook dan Twitter Segera Bersaksi

October 24, 2020
Pengusaha Keluhkan Kapasitas Maksimum Studio Belum Mencapai Kecukupan Ekonomi Bisnis

Pengusaha Keluhkan Kapasitas Maksimum Studio Belum Mencapai Kecukupan Ekonomi Bisnis

October 24, 2020
Pemerintah Inventarisasi Ratusan Ton Ikan Mati di Danau Toba

Pemerintah Inventarisasi Ratusan Ton Ikan Mati di Danau Toba

October 23, 2020
Santri Berperan Besar dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia

Santri Berperan Besar dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia

October 22, 2020
Siapa Bikin Gambar Kucing Raksasa di Gurun Peru?

Siapa Bikin Gambar Kucing Raksasa di Gurun Peru?

October 19, 2020
Valentino Rossi Positif Covid-19

Valentino Rossi Positif Covid-19

October 16, 2020
Omnibus Law Lebih Serius Ditangani Ketimbang Covid-19?

Omnibus Law Lebih Serius Ditangani Ketimbang Covid-19?

October 16, 2020
Palu Arit dan Kuas, Korut Parade Militer Besar-Besaran

Palu Arit dan Kuas, Korut Parade Militer Besar-Besaran

October 11, 2020
Penghargaan Nobel 2020, Siapa Saja Pemenangnya?

Penghargaan Nobel 2020, Siapa Saja Pemenangnya?

October 10, 2020
Debat Presiden Sesi Dua Dibatalkan, Trump Tolak Format Virtual

Debat Presiden Sesi Dua Dibatalkan, Trump Tolak Format Virtual

October 10, 2020
Valentino Rossi Positif Covid-19

Valentino Rossi Positif Covid-19

October 10, 2020
Rakyat Berita
No Result
View All Result
  • Provincial
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • China
      • North Korea
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United Kingdom
    • United States
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Democracy
      • Free Speech
    • Terrorism
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports
Monday, April 19, 2021
  • Provincial
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • China
      • North Korea
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United Kingdom
    • United States
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Democracy
      • Free Speech
    • Terrorism
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports
No Result
View All Result
Rakyat Berita
No Result
View All Result

Batik Tanah Liek, Batik Kuno Minangkabau yang “Bangun” dari Mati Suri

October 4, 2017
in Art, Culture, History, Provincial, West Sumatra
0
Home Culture Art
Post Views: 474

 

Bicara soal batik kini tak hanya bicara soal Pulau Jawa. Hampir seluruh daerah di Nusantara juga sudah memiliki batik dengan motif khas masing-masing.

Di Sumatera Barat, misalnya. Batik bahkan menjadi salah satu kelengkapan pakaian adat. Namanya Batik Tanah Liek.

Namanya memang jarang dikenal karena tergerus oleh penggunaan songket dan sulaman dari Sumatera Barat. Batik ini sempat hilang dari peredaran, tidak diproduksi lagi oleh masyarakat sejak Islam masuk ke Minangkabau.

RelatedPosts

Libur Natal, Pengunjung Pantai Air Manis Melonjak 160 Persen

LBH Padang: 37 Konflik Agraria Sepanjang 2016

Namun belakangan, batik tanah liek mulai dikenal lagi seiring dengan banyaknya gerai-gerai batik yang menjual batik kuno khas Sumatera Barat ini.

Ahli sejarah dari Universitas Andalas Prof Gusti Asnan menuturkan, hadirnya batik di Sumatera Barat dipengaruhi oleh orang Jawa yang datang dalam jumlah besar ke wilayah Minangkabau sebelum Islam masuk.

Menurut dia, masuknya seni membatik ini sejalan dengan Ekspedisi Pamalayu dari Kerajaan Singosari dari Tanah Jawa. Ekspedisi ini juga berhasil membawa Putri Minangkabau ke Tanah Jawa yang melahirkan Raja Aditiawarman, salah satu raja di Pagaruyuang. Pagaruyuang dikenal sebagai pusat pemerintahan di Minangkabau.

Kembali ke Ekspedisi Malayu, utusan Kerajaan Singosari ini masuk ke Sumatera melalui aliran Sungai Batang Hari Jambi. Yang jika ditelusuri aliran sungai ini menembus wilayah Kabupaten Dharmasraya saat ini. Pasukan ini juga sempat mendirikan kerajaan di Dharmasraya dan dianggap salah satu kerajaan terbesar yang menguasai Pulau Sumatera waktu itu.

“Saat ini Bumi Lansek Manih (sebutan Dharmasraya) dikenal sebagai sentral penghasil batik tanah liek yang produktif di samping Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan,” tutur Gusti.

Namun, lanjut Gusti, kejayaan batik ini tidak berlangsung lama karena kuatnya pengaruh Islam di Tanah Minangkabau. Ini diperkirakan terjadi pada akhir abad ke-18.  Masuknya Islam juga turut mempengaruhi corak pakaian masyarakat yang saat itu hanya didominasi pakaian bewarna putih dan hitam.

“Pada waktu itu pakaian bercorak yang lahir dari seni tradisi kreatif dianggap tak lazim. Akibatnya batik tanah liek tidak lagi dikenal hingga berpuluh tahun kemudian,” ujarnya.

“Bangun” kembali

Belakangan, batik tanah liek kembali bangun dari mati suri, diperkirakan sejak awal reformasi. Saat itu, ide-ide kreatif dan inovatif bermunculan. Tak hanya itu, keinginan pemerintah daerah untuk memiliki produk khas daerah masing-masing juga turut membangkitkan semangat tradisi di daerah masing-masing.

“Saya lihat Pemerintah Kabupaten Dharmasraya cukup getol memberikan dukungan terhadap batik tanah liek ini,” tutur Gusti.

Hal ini diamini oleh Bambang Hermawanto, seorang perajin dan pebisnis batik tanah liek dari Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya.

Pada tahun 2000, pemilik merek Citra Batik ini mencoba menghidupkan kembali semangat pembuatan batik tanah liek ini di tengah masyarakat melalui kegiatan pelatihan.

“Saat Dharmasraya memekarkan diri tahun 2003 lalu, saya membawa batik tanah liek ke Bumi Lansek Manih ini,” ucapnya.

Tak hanya menghidupkan kembali produksi batik, dia juga menambahkan satu motif batik yang dikenal dengan motif bunga sawit.

“Hal ini dilatarbelakangi dengan alam Dharmasraya yang dipenuhi kebun sawit,” ujarnya.

Kini motif tersebut laku di pasaran dan menjadi ciri khas batik tanah liek Dharmasraya. Bambang tetap memproduksi motif tradisional lain sesuai pesanan, termasuk menerima masukan masyarakat untuk pewarnaan.

“Ada yang menawarkan pada saya lilin madu lebah. Tapi belum saya lihat. Kami cenderung menggunakan pewarna alami, di samping tanah liat yang menjadi ciri khas,” ucapnya.

Bangunnya kembali batik kuno ini juga menaikkan harga jual. Kain batik yang dijual Bambang berkisar dari Rp 200.000 hingga Rp 1,5 juta.

Karena peluang bisnis yang menjanjikan. Batik tanah liek juga sudah memasuki rumah-rumah mode di Kota Padang.

Belajar hingga Yogyakarta

Wirda Hanim (62), perajin batik yang meneruskan batik tanah liek dengan merek dagang Citra Monalisa.

Wirda Hanim (62), perajin batik yang meneruskan batik tanah liek dengan merek dagang Citra Monalisa. (KOMPAS/M CLARA WRESTI)

Wirda Hanim, salah satu pelopor pengembangan batik kuno di Kota Padang sejak tahun 1995, menyebutkan, batik asal Sumbar ini dinamakan tanah liek karena menggunakan tanah liek (liat) dalam proses pewarnaannya. Warna tanah liat yang kuning kecoklatan ini akhirnya menjadi warna dasar kain sebelum diberi motif.

Perjalanan Wirda menemukan batik tanah liek ini juga tidak mudah. Awal ketertarikannya terhadap batik ini saat melihat upacara adat di kampung halamannya di Sumanik, Kabupaten Tanah Datar.

Dia melihat batik yang dikenakan para pemuka adat, datuak dan bundo kanduang tersebut sudah lapuk dan robek di sana-sini.

Kain serupa kain lapuk ini pun sudah tidak diproduksi sejak lama. Dengan niat memproduksi kembali batik kuno ini, dia belajar membatik hingga ke Yogyakarta.

Usai belajar membatik, kali ini dia harus berusaha keras mencari perpaduan warna yang mirip dengan warna batik tanah liek yang pernah dilihatnya sebelumnya.

Meskipun berhasil membuat perpaduan warna dengan bahan kimia, dia belum puas. Batik yang dihasilkan tidak sama dengan aslinya.

Akhirnya dia kembali ke Kampung Sumanik dan menelusuri proses pembuatannya. Saat itu, baru tahulah dia bahwa pewarnaan batik tanah liek menggunakan getah tumbuh-tumbuhan dan tanah liat.

“Kini namanya sudah dipatenkan menjadi batik tanah liek. Untuk warna digunakan getah gambir, rambutan, pinang, jengkol dan lainnya,” ujarnya.

Pembuatannya hampir sama dengan batik pada umumnya, tetapi kain sebelum diberi motif terlebih dahulu direndam dalam air yang sudah dicampur dengan tanah liat. Barulah dibuat motif menggunakan canting dengan model batik tulis.

Setelah motif selesai dibuat, kain lalu diwarnai. Untuk menguatkan warna tanah liek, kain bisa direndam lagi dengan air tanah liat.

Untuk motif, hingga saat ini masih tetap menggunakan motif-motif tradisional yang biasanya juga digunakan untuk ukiran Rumah Gadang, seperti motif itiak pulang patang, kaluak paku, pucuak rabuang, dan lainnya.

Motif ini diambil dari fenomena alam yang terjadi di wilayah Minangkabau dan memiliki filosofi hidup orang Minangkabau. Itiak pulang patang misalnya, diambil dari kebiasaan itik yang berbaris rapi saat akan masuk kandang.

Hal ini melambangkan hubungan mamak atau paman dan kemenakan di Minangkabau. Induk itik sebagai mamak adalah panduan bagi anak itik yang dalam hal ini kemenakan. Dalam kebudayaan Minangkabau, mamak memiliki kewajiban untuk membimbing keponakannya.

Source :
Rahmadhani
Tags: batikBatik Kuno Minangkabaubatik tanah liekMati SuriPadang

Related Posts

Pengusaha Keluhkan Kapasitas Maksimum Studio Belum Mencapai Kecukupan Ekonomi Bisnis
Art

Pengusaha Keluhkan Kapasitas Maksimum Studio Belum Mencapai Kecukupan Ekonomi Bisnis

October 24, 2020
Pemerintah Inventarisasi Ratusan Ton Ikan Mati di Danau Toba
Featured

Pemerintah Inventarisasi Ratusan Ton Ikan Mati di Danau Toba

October 23, 2020
Santri Berperan Besar dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia
Featured

Santri Berperan Besar dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia

October 22, 2020
Facebook dan Twitter Hapus Unggahan Trump, Ada Apa?
Featured

Facebook dan Twitter Hapus Unggahan Trump, Ada Apa?

October 7, 2020
Dinyatakan Sembuh, Presiden AS Donald Trump Sebut Dirinya Kebal Covid-19 dan Lanjutkan Kampanye
Featured

Dinyatakan Sembuh, Presiden AS Donald Trump Sebut Dirinya Kebal Covid-19 dan Lanjutkan Kampanye

October 6, 2020
Next Post
Ingin Saksikan HUT TNI, Warga Padati Dermaga Indah Kiat Cilegon Sejak Pukul 04.30

Ingin Saksikan HUT TNI, Warga Padati Dermaga Indah Kiat Cilegon Sejak Pukul 04.30

Translate

Popular Post

GP Ansor Undang Menlu AS Mike Pompeo Diskusi Soal Keberagaman
Diplomacy

GP Ansor Undang Menlu AS Mike Pompeo Diskusi Soal Keberagaman

October 24, 2020
0

  Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo siap melawat ke Indonesia, sebagai bagian dari lawatan ke empat negara Asia, mulai...

Read more
Ingat! Dana Desa Tak Boleh Digunakan Untuk…

Ingat! Dana Desa Tak Boleh Digunakan Untuk…

May 8, 2017
DPR Cermati Program Reforma Agraria Jokowi

DPR Cermati Program Reforma Agraria Jokowi

May 8, 2017
Legislator: Pemerintahan Ganjar Belum Serius Reformasi Agraria

Legislator: Pemerintahan Ganjar Belum Serius Reformasi Agraria

May 8, 2017
Sekti Jember Desak Pemkab-BPN Jalankan Reforma Agraria

Sekti Jember Desak Pemkab-BPN Jalankan Reforma Agraria

May 8, 2017
  • About Us
  • Terms and Conditions
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Creative Commons
  • Contact Us

Topics

Follow Us

About Us

Rakyatberita.com is part of the Rakyat Berita Media Group LLC, which delivers daily news around the globe.

© 2011. Rakyat Berita

No Result
View All Result
  • Provincial
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • China
      • North Korea
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United Kingdom
    • United States
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Democracy
      • Free Speech
    • Terrorism
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports

© 2011. Rakyat Berita