Legislator Kota Bekasi merasa iri dengan Pemprov DKI Jakarta yang mendapat pasokan air lebih banyak dari Saluran Tarum Barat atau Kalimalang. Untuk itu, mereka meminta agar pasokan air ke Kota Bekasi ditingkatkan.
Anggota Komisi II DPRD Kota Bekasi, Ariyanto Hendrata menyatakan, Kota Bekasi hanya mendapat jatah satu kubik per detik. Padahal kebutuhan air bebas limbah mencapai lima kubik per detik.
“Sisanya empat kubik disuplai dari Kali Bekasi, padahal kualitas airnya sangat jauh dari Kalimalang,” kata Ariyanto saat inspeksi mendadak di Bendung Bekasi, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Selasa (26/9).
Ariyanto mengatakan, lima kubik air yang dibutuhkan itu untuk produksi air bersih PDAM Tirta Patriot dan Tirta Bhagasasi, serta kebutuhan irigasi.
Rinciannya, Tirta Patriot dan Tirta Bhagasasi masing-masing memerlukan satu kubik dan sisanya tiga kubik untuk keperluan irigasi.
“Kalau Kali Bekasi tercemar , otomatis mengganggu produksi air bersih, dampaknya pelayanan air kepada masyarakat. Sudah banyak laporan dari masyarakat soal keruhnya air PDAM,” ujarnya.
Dia menjelaskan, PDAM sering menghentikan produksi air karena aliran Kali Bekasi tercemar oleh limbah pabrik.
Terakhir, pada pekan lalu air Kali Bekasi menghitam selama tiga hari, sehingga memaksa PDAM menghentikan produksi air.
Senada diungkapkan Pjs Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi, Cecep Ahmadi. Dia menyebut, DKI Jakarta akan protes bila jatah air dari Kalimalang untuk Bekasi ditingkatkan.
“Kita hanya dapat jatah satu kubik per detik,” kata Cecep.
Karena itu, Cecep menginginkan agar seluruh suplai air baku diubah dari Kalimalang atau minimal tiga kubik dari kebutuhan lima kubik.
Dengan volume air steril lebih banyak, maka produksi air bersihakan maksimal.
“Jumlah pelanggan kami mencapai 28.000 rumah tangga, bahkan kami juga menyuplai air ke PDAM Tirta Bhagasasi dengan pelanggan mencapai 20.000,” ujarnya.