Merdeka.com – Bangunan-bangunan di sepanjang jalan Desa Senaru, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) pascagempa bumi 6,9 Skala Richter (SR) pada Minggu (19/8), roboh dan luluh lantak. Desa yang menjadi pintu gerbang pendakian Gunung Rinjani ini lumpuh setelah lima kali diguncang gempa berkekuatan di atas 6 SR.
Dilansir Antara, Rabu, bangunan yang terdiri dari rumah, penginapan/hotel, sudah tidak berbentuk sama sekali. Rata dengan tanah. Bangunan yang berada di lereng tebing, roboh. Berjalan di desa ini tak ubahnya seperti berada di kota mati yang hancur karena dilanda perang dan sepi. Tidak ada lagi keriuhan para wisatawan atau pendaki yang dilihat seperti biasanya.
“Bangunan sebelumnya memang sudah rusak pada gempa 29 Juli kekuatan 6,4 SR tapi semakin diperparah dengan gempa 5 Agustus 7 SR serta 19 Agustus 6,9 SR,” kata Nur Saad, warga Desa Senaru.
Dia menceritakan suasana yang dirasakan warga saat gempa kembali mengguncang pada Minggu (19/8). Suara dan getarannya seolah terasa besar dibandingkan 5 Agustus 2018.
“Suara di atas gunung terdengar seperti ledakan akibat longsoran tanah, suasana saat itu mencekam belum lagi dengan listrik mati,” katanya.
Saat gempa, warga sudah pasrah jika terjadi longsor. “Kita bingung mau lari kemana lagi, lampu padam, rumah roboh, kita hanya pasrah,” katanya.
Seperti diketahui, rumah di Dusun/Desa Senaru paling parah untuk wilayah Kabupaten Lombok Utara. Sebagian besar warga Senaru mengandalkan kehidupan dari pendakian ke Gunung Rinjani.