Hujan berkepanjangan dengan presipitasi cair mencapai 100 milimeter (mm) yang terjadi di wilayah DI Yogyakarta (DIY) Selasa (28/11) merupakan dampak Badai Cempaka di perairan selatan Yogyakarta.
Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiyono, mencatat rata-rata curah hujan tersebut sudah masuk kategori ekstrem. Akibat cuaca ekstrem, beberapa wilayah dilanda banjir, longsor, pohon tumbang, dan aktivitas di Bandara Adisutjipto sempat terganggu.
“(Curah hujan, Red) 100 mm untuk ukuran harian memang tergolong ekstrem,” kata Djoko.
Untuk ukuran normal, curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada Januari yang mencapai 400 hingga 600 mm per bulan. Curah hujan ekstrem yang terjadi pada Senin dan Selasa kemarin akibat Badai Cempaka di perairan selatan Jawa yang bergerak ke arah timur dan menimbulkan belokan angin serta meningkatkan pertumbuhan awan hujan di atas DIY.
BMKG Yogyakarta telah mengeluarkan peringatan kondisi cuaca yang tidak stabil berlaku mulai 28 November 2017 hingga 30 November 2017. Aliran masa udara basah dari barat menyebabkan kondisi udara di sekitar Jawa dan DIY menjadi sangat tidak stabil. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan hujan sedang hingga sangat lebat di sebagian besar Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, sebagian besar Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul bagian selatan dan sebagian besar Kabupaten Gunung Kidul. Gelombang laut di perairan selatan mencapai 2,5 meter hingga 6 meter.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta mencatat terjadi enam longsoran yang menyebabkan tiga orang meninggal dunia di RT 01/RW 01 Kampung Jlagran, Pringgokusuman, Gedongtengen. Korban meninggal akibat tertimpa longsoran talud.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kota Yogyakarta Agus Winarto mengatakan longsor terjadi di lima wilayah, yakni di Kecamatan Wirobrajan, Jetis, Kotagede, Danurejan, Umbulharjo, dan Gedong tengen. Longsor yang terjadi di Gampingan RT 47/RW 10 Kelurahan Pakuncen, Wirobrajan, menimpa dua rumah, sedangkan di Kampung Juminahan, Tegal panggung, Danurejan, satu talud longsor, sehingga sebagian dari lima rumah ambles.
Selain tanah longsor, hujan lebat sepanjang hari juga menyebabkan pohon-pohon tumbang. Di Kantor Kepatihan, sebuah pohon beringin yang berusia ratusan tahun tumbang dan menimpa sebuah bangunan bersejarah.
Pohon beringin tumbang.
Longsor juga mengakibatkan beberapa ruas jalan di Gunungkidul terputus.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Gatot Saptadi mengatakan pihaknya masih terus memonitor dampak cuaca ekstrem dan hingga kini belum diketahui jumlah kerugian akibat bencana tersebut.
Penerbangan Terganggu
Selain mengakibatkan korban jiwa dan merusak fasilitas umum, cuara ekstrem juga menyebabkan aktivitas Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta terganggu.
General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Agus Pandu Purnama mengatakan, berdasar data yang dihimpun pada Selasa (28/11) hingga pukul 13.15 WIB, sedikitnya terdapat 12 penerbangan mengalami gangguan akibat kebijakan buka-tutup bandara. Dari 12 penerbangan yang terganggu, sebagian besar terpaksa kembali atau dialihkan ke bandara lain, yakni ke Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang dan Bandara Internasional Adisumarmo, Surakarta.