Peneliti Populi Center Dimas Ramadhan menilai, salah satu dampak yang konkret dari Pemilu serentak 2019 adalah efek ekor jas atau coat-tail effect yang dialami partai-partai yang terasosiasi dengan calon presiden dan wakil presiden.
“Dengan sistem pemilu seperti ini, hanya partai yang terasosiasi dengan capres dan cawapreslah yang paling diuntungkan atau akan mendapatkan banyak dukungan di pileg,” ujar Dimas di Jakarta, Rabu (31/10).
Hasil sejumlah survei menunjukkan, kata dia, penerima efek ekor jas paling besar adalah PDI Perjuangan dan Gerindra karena Jokowi memang kader PDI Perjuangan dan Prabowo Subianto adalah Ketum Partai Gerindra. Selain itu, PKB dan Nasdem.
“PKB diuntungkan dengan adanya KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres Jokowi, sehingga dapat mengonsolidasikan semaksimal mungkin warga NU,” ungkap dia.
Untuk Nasdem, menurut Dimas, partai ini telah sejak lama mengasosiasikan dirinya sebagai partai pendukung Jokowi, bahkan sebelum Jokowi secara resmi dicalonkan oleh PDI Perjuangan.
“Terlebih Nasdem juga mampu mencitrakan diri sebagai pendukung tanpa syarat. Ini yang membuat pemilih Jokowi mendapatkan pilihan alternatif selain PDI Perjuangan,” tutur dia.
Terkait Golkar, kata Dimas, partai ini memang telah teruji dari zaman ke zaman, di mana setiap pemilu selalu berhasil mendapatkan suara atau kursi yang signifikan. Keunggulan Partai Golkar adalah soliditas internal dan jejaring birokrasi terutama di daerah-daerah.
“Dengan demikian, pada dasarnya ini bukan persoalan apakah partai tersebut adalah partai tengah, kanan, atau bahkan kiri. Kecenderungannya ialah hampir semua partai memperebutkan ceruk pemilih yang sama, yaitu di tengah. Partai kanan, yang didukung kelompok agama tertentu, hanya merupakan basis suara tradisional saja. PR terbesar ialah mendapatkan dukungan di luar pemilih tradisional, juga jumlahnya selalu lebih banyak dan berada di tengah,” terang dia.
Lebih lanjut Dimas mengatakan, salah satu yang bisa dilakukan oleh partai peserta Pemilu 2019 adalah semaksimal mungkin mengasosiasikan partai dengan tokoh capres dan cawapres yang didukung.
“Sejauh ini baru PKS dan PAN yang cukup intensif mengasosiasikan diri dengan ketokohan Prabowo dan Sandi. Di sisi lain, PPP yang juga berbasis pemilih NU juga perlu mengasosiasikan partai tersebut dengan ketokohan Ma’ruf Amin,” pungkas dia.