Semester pertama tahun ini bukan periode yang baik buat dua perusahaan kertas Grup Sinar Mas, PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk INKP hanya US$ 146,81 juta, anjlok 56,66% dari US$ 340,5 juta pada semester I/2018.
Penurunan nilai laba bersih juga dialami Tjiwi Kimia. Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk TKIM itu sebesar US$ 104,72 juta. Capaian itu menyusut 29,05% dari raihan US$ 147,61 juta pada semester I/2018.
Di pasar saham, INKP terkoreksi 35,71% secara year-to-date ke level Rp 7.425, sedangkan TKIM menguat 4,05% ytd ke level Rp 11.550 per akhir perdagangan Kamis (1/8/2019).
Hadapi Persoalan Hukum
Keadaan ini pun memantik pertanyaan dari kalangan investor Tanah Air. Apa gerangan yang sebenarnya terjadi? Memang pasar kertas dan bubur kertas global kurang begitu menggembirakan. Namun, harus kehilangan profitabilitas sebesar itu, tentu ada sebab yang lebih besar.
Hasil penyelidikan terungkap bahwa Grup Sinar Mas tengah menghadapi persoalan hukum tingkat internasional, tepatnya di negara terbesar kawasan Amerika Selatan, Brasil. Melalui perusahaan yang menjadi vehicle company di Brasil, CA Investment, anak Grup Sinar Mas yang berbasis di Belanda, Paper Excellence (PE), mengajukan tuntutan hukum kepada pemilik Eldorado do Cellulose. Perusahaan kertas dan bubur kertas itu diakuisisi PE, beberapa tahun lalu.
PE mengajukan tuntutan hukum terhadap eksekutif Eldorado, yang merupakan anggota keluarga Batista, di pengadilan Singapura. PE menuduh mereka melakukan tindakan yang disengaja, yang dirancang untuk menyesatkan investor dan membahayakan perusahaan. Gugatan terkait rencana menerbitkan obligasi senilai US$ 500 juta oleh pabrik pulp itu pada awal Februari.
Eldorado akhirnya membatalkan aksi korporasi tersebut karena dilarang pengadilan Brasil dan Singapura. PE meminta penangguhan semua kegiatan terkait penawaran dengan alasan prospektus berisi informasi yang tidak akurat dan gagal mengungkapkan fakta material perusahaan.
Eldorado e Celulose dibeli PE dengan harga R$ 15 miliar, dengan mentransfer 100% saham. Dalam pengumumannya ke investor, akuisisi Eldorado disebut-sebut menjadi salah satu langkah penting karena sukses menambah aset produksi kayu putih ke dalam portofolionya. Tak terkecuali cakupan pasar yang lebih luas.
Ketika muncul masalah pada prosesnya, tentu akan berakibat pada perusahaan induk PE, yakni Grup Sinar Mas. Yang paling kentara, perusahaan belum mampu secara optimal memanfaatkan pasar existing dari Eldorado, terutama untuk menjual stok kertas dan bubur kertas yang kian menggunung akibat harga internasional yang belum juga pulih.
Sebagaimana diketahui, sekarang ini perusahaan kertas Indonesia tengah gencar mencari pasar alternatif selain negara-negara yang selama ini dikenal sebagai tujuan utama ekspor produk kertas. Sebut saja Cina, Jepang, Malaysia, India, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Bangladesh.
Benarkah seperti itu? Belum ada konfirmasi dari pihak-pihak terkait. Yang pasti, kelesuan yang dialami oleh perusahaan dan tentu saja sektor kertas dan bubur kertas secara keseluruhan, sahih terkonfirmasi oleh data pemerintah.
Adalah data realisasi ekspor pulp dan kertas selama Januari-Mei 2019 menunjukkan penurunan sebesar 2,48% menjadi US$ 2,75 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 2,82 miliar. Penurunan diklaim terjadi karena adanya penurunan harga pulp di pasar global.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), nilai ekspor kertas pada periode Januari-April 2019 turun 2,05% menjadi US$ 1,43 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 1,46 miliar. Sementara itu, ekspor pulp pada periode Januari-April 2019 turun 0,71% menjadi US$ 889,03 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sejumlah US$ 882,71 juta.
Liana Bratasida, Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), menyampaikan bahwa penurunan nilai ekspor pulp dan kertas disebabkan fluktuasi harga pulp yang mengikuti pergerakan harga di pasar global. “Harga pulp pada Januari-April 2018 sebesar US$ 666,84 per ton, sedangkan pada periode yang sama tahun ini harga pulp sekitar US$ 579,37 per ton,” tuturnya seperti dikutip Bisnis, Senin (1/7/2019).
Dia menjelaskan, harga kertas pada periode Januari-April 2019 juga mengalami penurunan menjadi US$ 824,27 per ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 894,43 per ton. Kendati nilai ekspor pulp turun, Liana menuturkan, volume ekspor pulp pada Januari-April 2019 mengalami peningkatan sebesar 12,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sama seperti pertumbuhan volume ekspor pulp, pada periode Januari-April 2019, volume ekspor kertas Indonesia mengalami peningkatan sekitar 110.000 ton atau sebesar 6,75% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. “Pada periode Januari-April 2019, volume ekspor kertas Indonesia mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,74 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,63 juta ton,” ujar Liana.
Yang menarik, Liana mengakui bahwa peningkatan volume ekspor pulp dan kertas Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan produksi pulp dan kertas setiap tahun. Industri pulp dan kertas pun terus meningkatkan kapasitas produksi. Bisa dibayangkan jika kapasitas produksi terus meningkat, sedangkan pasar ekspor kian kompetitif. Hasilnya sudah bisa ditebak, harga pun meluncur turun.
Sebagai perusahaan global, Sinar Mas tentu tak bisa membiarkan para pemilik lama Eldorado menggerogoti dari dalam perusahaan yang telah mereka beli. Penerbitan obligasi dengan tanpa disertai peningkatan penjualan yang signifikan adalah sama dengan menurunkan valuasi perusahaan itu sendiri. Sebagai pemilik minoritas, tentu pembagian keuntungan dan pengembalian modal kepada Grup Sinar Mas akan kecil, atau bahkan tidak sama sekali. Dan ini jelas akan sangat merugikan.
Pantas saja jika perusahaan itu pun pada akhirnya melepas prospek pasar baru mereka di Amerika Selatan untuk sementara waktu, sambil menyelesaikan persoalan pelanggaran informasi kepada investor yang melibatkan pemilik lama Eldorado di pengadilan Singapura.
Jika berhasil, tentu akan sangat berimbas positif terhadap nilai saham perusahaan karena prospek valuasi Eldorado yang tak akan berkurang. Ditambah ada peluang mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar di Amerika Latin bagi timbunan stok produksi Grup Sinar Mas.