Kubu dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga menggagas konsep pertanian digital atau “digital farming” jika memang diberi kepercayaan memimpin Indonesia tahun 2019-2024.
Pernyataan itu disampaikan Anggota Dewan Pembina Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, La Ode Kamaluddin. Menurut La Ode, konsep pertanian digital itu bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian nasional guna mengantisipasi ketergantungan terhadap produk pangan impor.
“Model ini kalau kita kembangkan di daerah-daerah di luar Pulau Jawa sangat menguntungkan dan jumlahnya akan meningkat lebih besar,” kata La Ode dalam diskusi bertajuk “Petani, Nelayan, dan Ekonomi Rakyat”, di Media Center Prabowo-Sandi, Jakarta.
La Ode mengatakan, konsep itu banyak dikembangkan di negara-negara maju karena sudah terbukti persediaan stok cadangan pangan meningkat dengan sistem tersebut.
Dia meyakini konsep tersebut akan menarik minat generasi muda di sektor pertanian karena selama ini mereka tidak melirik profesi petani menjanjikan untuk masa depan.
“Dengan konsep pertanian digital, petani bisa mengukur hasil pertanian secara lebih terukur. Pengembangannya, bisa melibatkan universitas dan akademisi yang menag fokus di sektor pertanian,” ujarnya.
Dia mengatakan kebutuhan beras nasional per-bulannya mencapai 9 juta ton dan itu bisa dipenuhi dengan konsep pertanian digital.
Menurut dia, berdasarkan data Kementerian Pertanian, potensi produksi beras akan terus meningkat, misalnya, Januari 2018 sebanyak 2.668.764 ton, Februari sebanyak 5.388.600 ton, Maret sebanyak 7.441.842 ton, dan April sebanyak 5.283.498 ton.
“Sembilan juta ton itu kecil kalau kita kembangkan dengan itu karena tidak ada bangsa yang bisa bertahan kalau pangannya berasal dari luar,” ucapnya.