Pariwisata Bangka Belitung (Babel) menjadi satu diantara sektor penentu ekonomi masyarakat. Berbagai upaya terus dilakukan guna memaksimalkan potensi tersebut.
Untuk mengoptimalkan wisata kuliner, atas inisiatif dari Kadin Babel didukung Anggota DPD RI Bahar Buasan, serta GIPI, Pemprov Babel dan Sahid Universitas, digelar Focus Group Discussion (FDG) Indentifikasi Industri Wisata Gastronomi, guna peningkatan daya saing pariwisata di Babel.
Kegiatan itu mengundang dua narasumber, yaitu Prof. Dr. Ir. Giyatmi, M.Si. dan Dr. Levyda, SE, MM.
Keduanya akan melakukan kajian terkait Gastronomi di Babel, yang dapat diangkat menjadi branding.
Hadir juga Ketua GIPI Babel Johan Ridwan Hasan beserta jajarannya, Kadin Provinsi Kep Bangka Belitung diwakili Bambang Patijaya, perwakilan pemerintah daerah , serta, pelaku pariwisata, UMKM dan media.
Anggota DPD RI, Bahar Buasan yang juga wakil Ketua Kadin Bidang Pariwisata mengatakan ada lima sektor wisata yang bisa dikembangkan di Babel yaitu wisata pantai bahari, sejarah, religius, kuliner, dan sosial.
Umumnya, dari keseluruhan biaya wisata di Indonesia ada 20 persen untuk kuliner. Lalu, ia menilai khusus di Babel bisa mencapai lebih dari 30 persen, sebab kerajinan souvenir masih belum banyak.
Sehingga menjadi peluang, dari Ekonomi yg berbasis tambang beralih ke Ekonomi alternatif Babel 3 + 2 :
1. Pertanian / perkebunan,
2. Perikanan / kelautan.
3. Pariwisata.
3 sektor bergerak diikuti 2 sektor selanjutnya :
4. Perdagangan & jasa
5. Industri
“Peluang yang baik bagi pengusaha dan UMKM sehingga pemerintah berserta seluruh pihak terkait sangat mendorong kemajuan,” ungkap Bahar Buasan kepada Bangka Pos, Jumat (23/2).
Ia mengatakan pihaknya terus berupaya memberikan informasi dan edukasi kepada pengusaha dan UMKM terkait peluang yang bisa dikembangkan.
Harapannya seluruh pihak terkait dapat saling bersinergi meningkatkan pariwisata Babel Ketua GIPI Babel, Johan Ridwan Hasan menilai adanya kegiatan indentifikasi wisata Gastronomi sangat penting dan baik.
Ia mengatakan wisatawan datang harus mendapatkan informasi terkait wisata di Babel termasuk kuliner. Sehingga, turis berkunjung tau tujuan dan tempat makan yang benar.
“Setiap turis harus tahu what to do, what to buy, what to taste. Selama ini kadang mereka bingung. Kita harap adanya kegiatan ini, apa yang dilakukan turis lebih tertata dan ada tujuannya,” ungkap Johan.
Adanya kegiatan ini, Johan mengharapkan para wisatawan bisa mendapatkan rekomendasi makanan yang jelas, seperti lempah kuning, martabak, maupun restoran sea food.
Hal itu menjadi tugas bagi pihaknya melakukan identifikasi. Sejauh ini, telah diupayakan memberi tingkatan martabak dan lempah kuning grade A, B, dan C.
“Kita berharap bisa melakukan penilaian dan identifikasi secara terus menerus. Lalu, di Bulan November mendatang akan di adakan Bangka Belitung Foof Festival. Keberagaraman yang sudah dilakukan upayanya sudah luar biasa,” ujar Johan
Peneliti di Bidang Pariwisata, Dr. Levyda, SE, MM. Mengatakan kegiatan ini bertujuan membantu Provinsi Babel mengindentifikasi kuliner yang bisa menjadi unggulan wisata.
Ia menilai berdasarkan survei sekilas lempah kuning berpotensi menjadi branding. Sebab, muatan lokal tinggi baik terutama dari bahan baku.
“Identifikasi sebagai langkah awal lalu setelah ditetapkan harus dilakukan promosi brand,” ungkap Levyda.
Kedepannya, pengusaha harus memenuhi kriteria kualifikasi karena tidak hanya wisatawan lokal tetapi juga manca negara bisa berkunjung.
Pemerintah mendukung, membuat website, dan menyediakan fasilitas lainnya.
Ia berharap dapat menyampaikan hasil kajian, guna mengangkat makanan khas Babel ke taraf nasional maupun internasional.